Meningkatkan engagement email marketing bukan sekadar soal mengirim pesan ke banyak orang. Yang penting adalah bagaimana email Anda dibuka, dibaca, dan ditindaklanjuti. Jika open rate rendah, strategi Anda mungkin perlu disesuaikan. Mulai dari subjek yang menarik, konten yang relevan, hingga timing pengiriman yang tepat—semuanya berpengaruh. Dengan pendekatan yang cerdas, Anda bisa mengubah sekadar email biasa menjadi alat pemasaran yang efektif. Yuk, simak cara-cara praktis untuk meningkatkan engagement email marketing dan pastikan pesan Anda benar-benar sampai ke audiens!
Baca Juga: Guest Posting Bisnis Dapat Backlink Niche
Strategi Meningkatkan Open Rate Email
Open rate adalah persentase penerima yang membuka email Anda—indikator penting dalam engagement email marketing. Kalau angkanya rendah, berarti ada yang perlu diperbaiki. Berikut strategi yang bisa langsung Anda terapkan:
- Subjek Email yang Menarik & Personal Hindari subjek generik seperti "Update Terbaru". Gunakan kalimat pendek, penasaran, atau personalisasi nama. Contoh: "Aris, ini promo khusus untukmu!" Menurut HubSpot, email dengan personalisasi nama di subjek bisa meningkatkan open rate hingga 26%.
- Waktu Pengiriman yang Tepat Kirim email saat audiens aktif. Data dari Mailchimp menunjukkan Selasa pagi atau Kamis siang sering jadi waktu optimal. Tapi, uji coba sendiri karena kebiasaan audiens bisa berbeda.
- Pratinjau Teks yang Mencuri Perhatian Teks kecil di samping subjek (preview text) adalah kesempatan ekstra untuk memancing klik. Jangan biarkan kosong atau hanya menampilkan "Lihat di browser". Contoh: "Diskon 50% cuma 24 jam—klik sekarang!"
- Segmentasi Audiens Tidak semua pelanggan butuh konten yang sama. Pisahkan audiens berdasarkan minat atau perilaku. Misal: kirim promo fitness hanya ke yang pernah beli produk olahraga. Campaign Monitor membuktikan email tersegmentasi bisa naikkan open rate hingga 14%.
- A/B Testing Bandingkan dua versi subjek atau pengirim untuk tahu mana yang lebih efektif. Misalnya, uji coba subjek "Cara hemat 1 juta/bulan" vs. "Tips finansial eksklusif untukmu".
- Hindari Spam Trigger Kata seperti "GRATIS!" atau "BURUAN!" bisa masuk spam. Gunakan alat seperti Mail-Tester untuk memeriksa skor spam sebelum kirim.
- Optimasi untuk Mobile Lebih dari 50% email dibuka via ponsel. Pastikan subjek pendek (max 40 karakter) dan desain responsif.
Dengan kombinasi strategi ini, open rate email Anda bisa melonjak. Kuncinya: eksperimen, analisis data, dan terus perbaiki!
Baca Juga: Mengasah Strategi Media Sosial untuk Bisnis
Cara Membuat Subjek Email yang Menarik
Subjek email adalah gerbang pertama engagement email marketing. Kalau gagal menarik perhatian, konten sehebat apa pun tak akan dibaca. Berikut trik praktis untuk membuat subjek yang bikin orang langsung klik:
- Gunakan Angka atau Data
Otak manusia lebih tertarik pada hal spesifik. Contoh:
- "5 Kesalahan Fatal dalam Investasi" (lebih baik daripada "Tips Investasi")
- "Diskon 70% Hari Ini Saja" Menurut OptinMonster, subjek berangka meningkatkan open rate hingga 15%.
- Buat Rasa Penasaran
Beri petunjuk tanpa bocorin semua isi email. Contoh:
- "Kamu nggak akan percaya ini…"
- "Rahasia yang belum kami ungkap" Tapi jangan berlebihan—klikbait palsu bikin kepercayaan turun.
- Personalisasi Lebih Dalam
Selain nama, sisipkan detail relevan seperti lokasi atau riwayat belanja:
- "Aris, produk favoritmu diskon 50%!"
- "Khusus pelanggan Jakarta: Event spesial minggu ini" Studi Experian menunjukkan personalisasi tingkatkan open rate 29%.
- Pertanyaan yang Memicu Emosi
Subjek berbentuk pertanyaan langsung lebih menggugah:
- "Sudah siap menghadapi resesi?"
- "Kapan terakhir kali kamu cek investasimu?"
- Singkat & Spesifik
Idealnya 6-10 kata atau maksimal 50 karakter. Contoh:
- "Waktunya upgrade skill!" (lebih efektif daripada "Pelatihan profesional untuk meningkatkan karier")
- Manfaatkan FOMO (Fear of Missing Out)
Tekankan eksklusivitas atau batas waktu:
- "Kuota terbatas: Kelas gratis hari ini!"
- "Promo berakhir dalam 3 jam"
- Hindari Kata Spam "Gratis", "Beli sekarang", atau tanda seru berlebihan bisa masuk folder spam. Gunakan alat seperti SpamAssassin untuk cek risiko.
-
Tes dengan Emoji (Tapi Hati-hati)
Emoji bisa menonjolkan email di inbox, tapi pastikan sesuai audiens. Contoh:
- "🛑 Jangan lewatkan ini!" Litmus menemukan 56% brand menggunakan emoji di subjek.
Pro Tip: Selalu lakukan A/B testing untuk bandingkan dua versi subjek. Sedikit kreativitas + analisis data = open rate melonjak!
Baca Juga: Konten Interaktif Membangun Engagement
Tips Personalisasi Email untuk Engagement Lebih Baik
Personal bukan sekadar menyebut nama di subjek. Ini tentang membuat penerima merasa email khusus untuk mereka. Kuncinya: data + kreativitas. Berikut cara menghidupkan personalisasi di engagement email marketing:
- Leverage Behavioral Data
Gunakan riwayat interaksi untuk konten yang relevan:
- Kirim rekomendasi produk berdasarkan item yang pernah dilihat (contoh: "Lanjutkan belanja Headphone X-mu—stok terbatas!").
- Trigger email ulang tahun dengan kupon spesial. Menurut Salesforce, 52% pelanggan expect penawaran personal.
- Segmentasi Hyper-Targeted
Jangan samaratakan. Kelompokkan audiens berdasarkan:
- Lokasi ("Event Jakarta: Meetup SEO 30 Juli")
- Perilaku (pengguna gratis vs. berbayar) Riset DMA membuktikan email tersegmentasi tingkatkan pendapatan hingga 760%.
- Dynamic Content
Ubah bagian tertentu email sesuai profil penerima. Contoh:
- Menampilkan produk winter coat untuk pelanggan di Eropa, tapi baju renang untuk yang di Bali. Tools seperti HubSpot memudahkan pembuatan konten dinamis.
- Personalized Recommendations
Algorithm-driven suggestions ala Netflix:
- "Berdasarkan pembelianmu, ini 3 skincare yang cocok!"
- "Pelanggan yang sama juga suka…"
- Bahasa yang Manusiawi
Hindari nada robotik. Ganti:
- "Pelanggan yang terhormat" → "Hai [Nama], senang kembali berjumpa!"
- Gunakan kata ganti "kamu/Anda" untuk keintiman.
- Leverage User-Generated Content Sisipkan testimoni/review dari user dengan demografi serama: "Susi di Bandung berhemat Rp1,2 juta pakai tips ini—begini caranya"
-
Timing Personalization
Kirim email di waktu aktif mereka:
- B2B? Jam kerja.
- Gen Z? Sore/malam. Tools seperti ActiveCampaign bisa otomatiskan ini.
Peringatan: Jangan over-personalize hingga creepy (misal: "Kami tahu kamu baru di Mal Pondok Indah tadi siang"). Gunakan data secara etis dan transparan.
Contoh Nyata: "Iwan, ini resep vegan untukmu berdasar pencarianmu bulan lalu 🥑" Lebih powerful daripada "Promo makanan sehat bulan ini!"
Hasil? Menurut SmarterHQ, 72% konsumen hanya merespons pesan yang benar-benar relevan.
Baca Juga: Strategi Personalisasi Pesan dalam Pemasaran
Waktu Terbaik Mengirim Email untuk Open Rate Tinggi
Mengatur waktu pengiriman email itu kayak nemu jam pas buat kirim WA ke gebetan—kalau salah timing, bisa diabaikan. Berikut panduan berbasis data untuk optimasi engagement email marketing lewat timing yang tepat:
🕘 B2B vs B2C: Aturan Mainnya Beda
- B2B (Bisnis ke Bisnis):
- Waktu ideal: Selasa–Kamis, jam 9–11 pagi (saat meeting belum/telah usai).
- Hindari Senin pagi (inbox overload) atau Jumat sore (orang udah mode weekend). Data HubSpot menunjukkan email B2B di Selasa dapat CTR 17% lebih tinggi.
- B2C (Bisnis ke Konsumen):
- Weekend bisa jadi pemenang: Sabtu pagi (jam 8–10) atau Minggu malam (jam 7–9) saat orang santai buka email pribadi. Contoh: Promo e-commerce paling efektif dikirim Sabtu (Omnisend).
📆 Berdasarkan Industri:
- E-commerce Kirim Kamis siang (persiapan gajian) atau Minggu malam (planning belanja minggu depan). Bonus: Email "flash sale" di weekday malam (7–9 malam) ketika orang scrolling hp sebelum tidur.
- Media/Newsletter Pagi hari (6–8 pagi) biar jadi bacaan kopi pagi.
- SaaS/Tech Selasa atau Rabu siang (jam 1–3 sore) saat tim tech sering riset solusi baru.
⚡ Tips Tambahan:
- Tes Waktu Lokal Audiens: Gunakan fitur timezone sending di tools seperti Mailchimp. Kalau audiens di Bali vs Papua, jam aktifnya beda!
- Hindari "Jam Setan":
- Jam 2–3 sore (sedang mengantuk)
- Jam 12 siang (waham email meeting lunchtime)
- Trigger-Based Timing: Contoh: Kirim email "items left in cart" 2 jam setelah abandon—riset Barilliance menunjukkan konversi 40% lebih tinggi.
📈 Data Nyata:
Email fitness brand yang dikirim Rabu jam 6 pagi ke audiens usia 25–34 tahun:
- Open rate 34% (vs rata-rata 21%) (Sumber: Campaign Monitor Benchmark Report)
Takeaway: Jangan ikutin "patokan umum" buta. Analisis pola audiens pake tools seperti Google Analytics atau heatmap email. Satu brand travel bisa sukses kirim email malem Minggu, tapi software HR mungkin lebih pas weekday siang. Tes terus!
Baca Juga: CCTV AI Masa Depan Kecerdasan Buatan Pengawasan
Menggunakan Call to Action yang Efektif
CTA (Call to Action) adalah tombol "gas" di email marketing—kalau salah desain, audiens cuma numpang lewat. Berikut cara bikin CTA yang bikin orang klik tanpa mikir dua kali:
🔥 Formula CTA yang Memukau
- Action-Oriented Verbs
Ganti "Klik di sini" dengan:
- "Ambil Diskon Sekarang" (lebih urgent)
- "Mulai Gratis Hari Ini" (langsung jelas benefitnya) Studi Unbounce menunjukkan CTA dengan verb spesifik tingkatkan konversi 20%.
- Buat Time-Sensitive
Tambahkan batas waktu palsu (yang masuk akal):
- "Klaim sebelum 24 Juli—kuota terbatas!"
- "Slot habis dalam 3 jam"
- Personalisasi Micro-CTAs
Sesuaikan dengan perilaku user:
- Untuk yang abandon cart: "Lanjutkan pembayaran—produkmu menunggu!"
- Untuk free trial: "Lanjutkan ke Premium, Aris?"
🎨 Desain yang Bikin Klik
- Warna Kontras: Gunakan warna yang nongol (misal oranye atau hijau terang) tapi tetap match dengan brand. Tes pake tools seperti Coolors.
- Ukuran & Posisi: Minimal 44×44 piksel (ramah mobile) dan letakkan setelah 1-2 paragraf.
📱 Optimasi untuk Mobile
- Jarak antar tombol minimal 10px biar gak salah klik.
- Gunakan CTA text-based juga buat yang baca email di mode "preview".
🧪 Contoh A/B Testing CTA
- Versi A: "Daftar Sekarang"
- Versi B: "Dapatkan Akses Eksklusif" (Data Campaign Monitor: CTA dengan "eksklusif" 23% lebih efektif)
❌ Kesalahan Fatal
- Terlalu banyak CTA (fokus 1 tujuan utama)
- Kalimat pasif ("Anda mungkin ingin mencoba…")
Pro Tip: Tambahkan CTA sekunder berbentuk teks link di footer: "Atau baca dulu testimoni pelanggan kami →"
Contoh Nyata: Email SaaS yang ganti CTA dari "Coba Demo" jadi "Mulai Hemat 5 Jam/Minggu" naikkan CTR 37%. (Sumber: HubSpot Case Study)
Ingat: CTA itu seperti sutradara—harus kasih arahan jelas tanpa bikin audiens bingung mau ngapain.
Analisis Data untuk Optimasi Email Marketing
Data adalah kompasnya engagement email marketing—tanpanya, Anda cuma nebak-nebak. Ini cara baca angka buat hasil maksimal:
📊 Metric yang Wajib Dikejar
- Open Rate Rendah?
- Cek subject line (A/B test with tools like SubjectLine.com)
- Waktu pengiriman (analyze timezone patterns in Google Analytics)
- CTR Jelek?
- Heatmap tools like Litmus tunjukkan bagian email yang di-klik/diabaikan
- CTA positioning salah? Coba geser ke atas 300 piksel
🔍 Segmentasi Data Penting
- Pembeli pertama vs repeat customer:
- Pembaru baru butuh onboarding ("Cara pakai produkmu")
- Repeat customer lebih cocok dapat upsell ("Produk pelengkap ini…") Data Mailchimp menunjukkan segmentasi tingkatkan revenue hingga 58%
🕵️♂️ Pelajari Perilaku Unsubscribe
- Analisis kapan & email apa yang bikin orang opt-out:
- Terlalu sering kirim? (Cek frequency lewat Sender Score)
- Konten melenceng dari janji awal?
📈 Predictive Analytics
Gunakan AI tools seperti Brevo untuk:
- Prediksi pelanggan yang bakal churn
- Rekomendasi waktu kirim personal per user
🛠 Tools Wajib
- Google Data Studio: Visualisasi trend open rate bulanan
- Hotjar: Record user behavior post-email click
- HubSpot CRM: Lacak customer journey dari email ke konversi
Contoh Studi Kasus: Brand fashion analisis data dan nemu:
- Email dengan video styling CTR 2x lebih tinggi
- Pengguna mobile open 3x tapi konversi 50% lebih rendah Solusi:
- Optimasi landing page mobile
- Tambah lebih banyak video tutorial
Pro Tip: Bikin dashboard khusus yang nampilin 3 metric terpenting buat timmu—jangan tenggelam di sea of data. Fokus ke angka yang bikin langsung bisa action!
Baca Juga: CCTV untuk Gedung Pemerintah Pengawasan Area Sensitif
Contoh Email yang Sukses Tingkatkan Engagement
Lihat langsung email-email yang berhasil memecahkan rekor engagement email marketing dan pelajari polanya:
✨ Contoh 1: Spotify Wrapped
Subjek: "Aris, ini musik tahun 2023-mu!" Rahasia Sukses:
- Personalisasi ekstrim (data listening habits)
- Visual interaktif yang shareable
- CTA sederhana: "Lihat rangkumanmu" → 72% open rate (Sumber: Spotify Press)
🛒 Contoh 2: Amazon Abandoned Cart
Subjek: "Lupa sesuatu di keranjangmu?" Strategi:
- Gambar produk yang ditinggalkan + countdown timer ("Harga berubah besok")
- CTA ganda: "Lanjutkan belanja" + "Butuh bantuan?" Hasil: 35% konversi (SaleCycle)
📧 Contoh 3: Grammarly Weekly Report
Subjek: "Kamu lebih produktif 18% minggu ini" Kunci:
- Data personal (kata yang ditulis, kesalahan umum)
- Progress bar "Pencapaian bulanan"
- Open rate 68% (Business Insider)
🎯 Pola yang Bisa Kamu Tiru
- "Kamu adalah bintangnya" Contoh: "Selamat! Kamu masuk 10% top customer kami" + badge digital (Taktik ini naikkan retention 40% menurut Forbes)
- User-Generated Content Email dengan foto customer pakai produk + quote: "Seperti Rina yang hemat 2 jam/hari pakai tools ini"
- Email "Backstage Pass" Contoh Glossier yang kasih preview produk baru ke subscriber lama: "Khusus untukmu—lihat produk baru sebelum rilis"
⚠️ Lesson Learned dari Gagal
- Email terlalu panjang: Konten >300 kata turunkan engagement 23% (HubSpot Research)
- Terlalu banyak link: Fokus ke 1 CTA utama
Template Cepat:
Subjek: [Nama], ini khusus untukmu!
Isi:
1. Hook personal (pakai data)
2. Solusi spesifik
3. CTA urgent ("Hanya 24 jam")
Footer: Testimoni singkat + unsubscribe link
Pro Tip: Ambil inspirasi dari inbox-mu sendiri—simpan email yang bikin kamu klik dan analisis polanya!

Meningkatkan engagement email marketing dan tingkatkan open rate email bukan soal keberuntungan—tapi strategi yang terukur. Mulai dari subjek yang bikin penasaran, personalisasi berbasis data, hingga timing pengiriman yang cerdas. Ingat, audiens sekarang makin selektif. Mereka hanya buka email yang benar-benar relevan dan memberi nilai tambah. Jadi, tes terus, analisis datanya, dan jangan takut bereksperimen. Dengan pendekatan yang tepat, email Anda bisa jadi alat pemasaran paling efektif, bukan sekadar spam yang mengendap di inbox!